Kamis, 22 November 2012

Teori Realita Therapy


A.    Nama Pendekatan
Reality Therapy
B.     Sejarah Perkembangan
William Glasser lahir pada tahun 1925 di Cleveland,ohio. Glasser belajar teknik kimia di Case Western Reserve University di Cleveland, kemudian Glasser beralih ke Psikologi (MA, Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri. Glasser kemudian menyelesaikan pelatihan psikiatri di Veterans Administration dan UCLA Los Angeles.
Pada tahun 1946 Glasser menikahi Naomi Flasser. Pada tahun 1992 Naomi meninggal dunia karena penyakit kanker. Glasser tidak menganggap dirinya seorang bujangan yang baik dan pencariannya yang cukup sulit untuk mendapatkan pengganti pasangan hidup akhirnya mempertemukannya dengan Carleen Glasser,dan akhirnya menikahi dan mendapatkan kebahagiaan bersama istri keduanya.  Carleen Glasser merupakan seorang instruktur senior di William Glasser Institute.
Glasser menolak model Freudian, yang disebabkan psikiatri psikoanalitik. Terapi realitas muncul dari ketidakpuasan Glasser dengan psikiatri psikoanalitik seperti yang diajarkan selama pelatihannya. Glasser berfikir bahwa ada tekanan yang terlalu besar pada perasaan dan riwayat masa lalu konseli dan tidak ada penekanan yang cukup pada apa yang dilakukan konseli. Di awal kariernya, Glasser merupakan seorang psikiater di Ventura sekolah untuk anak perempuan, penjara dan sekolah yang dioperasikan oleh otoritas california pemuda, Glasser menjadi yakin bahwa pelatihan psikoanalitik nya terbatas kegunaan di penyuluhan anak-anak muda. Melalui pengamatan ini, Glasser berpikir lebih baik untuk berbicara dengan bagian konseli yang sehat, bukan sisi terganggu mereka. Glasser juga berpengaruh oleh G. L. Harrington, seorang psikiater dan mentor. Harrington percaya mendapatkan pasien yang terlibat dalam proyek-proyek di dunia nyata, dan pada akhir residensinya Glasser mulai mengumpulkan semuanya dan pada tahun 1962 dikenal sebagai realitas terapi.
Glasser menjadi yakin bahwa hal itu sangat penting bahwa klien menerima tanggung jawab pribadi untuk perilaku mereka. Pada awal 1980-an, Glasser sedang mencari sebuah teori yang bisa menjelaskan semua karyanya. Glasser belajar tentang teori kontrol dari William Powers, dan ia percaya teori ini memiliki potensi besar. Ia menghabiskan 10 tahun ke depan memperluas, merevisi, dan menjelaskan apa yang awalnya diajarkan. Pada tahun 1996 Glasser telah menjadi yakin bahwa revisi ini jadi telah berubah teori bahwa itu menyesatkan untuk terus menyebutnya teori kontrol, dan ia berubah nama menjadi teori pilihan menggambarkan semua yang ia kembangkan. Inti dari realitas terapi, sekarang diajarkan ke seluruh dunia, adalah bahwa kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih untuk dilakukan. Asumsi dasar adalah bahwa kita semua dapat mengontrol  kehidupan kita sekarang.

C.    Hakikat Manusia
Teori pilihan berpendapat bahwa kita tidak dilahirkan sebagai papan tulis kosong yang menunggu untuk dimotivasi dari luar kekuatan dunia sekitar kita. Sebaliknya, kita dilahirkan dengan lima genetika yang dikodekan  kebutuhan kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan kesenangan  hal itu yang mengendalikan semua kehidupan kita. Setiap dari kita memiliki  lima kebutuhan, tapi mereka bervariasi dalam kekuatan. Sebagai contoh, kita semua memiliki kebutuhan untuk cinta dan rasa memiliki, tapi sebagian dari kita membutuhkan lebih banyak cinta daripada yang lain. Teori pilihan didasarkan pada premis bahwa karena kita merupakan makhluk sosial memerlukan keduanya menerima dan memberikan cinta. Glasser (2001, 2005) percaya bahwa kebutuhan love and belong merupakan kebutuhan primer karena kita  membutuhkan orang  untuk  memenuhi kebutuhan lainnya. Hal ini kebutuhan sulit  karena untuk memuaskan  kita harus memiliki seseorang yang kooperatif untuk membantu kita memenuhi kebutuhan itu
Manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya bersifat genetik. Semua prilaku manusia mempresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi konflik yang selalu muncul di antara mereka. Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar  manusia, yaitu:
1.      Kelangsungan hidup (Survival)
Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil struktur yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak tuanya untuk melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang mendukung kesehatan dan reproduksi.(kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan fisik)
2.      Cinta dan rasa memiliki (Love and belonging)
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang menunjukkan kebutuhan ini antara lain: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.
3.       Kekuan atau prestasi (Power or achievemen )
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga, dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau gagasan dan sebagainya.  
4.      Kebebasan atau kemerdekaan (Freedom or independence)
Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
5.      Kesenangan (Fun)
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.
D.    Perkembangan Prilaku
1.      Struktur kepribadian
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Ini terkait dengan konsep perkembangan kepribadian yang sehat, yang ditandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya secara tepat. Dalam proses pembentukan identitas, individu mengembangkan keterlibatan secara emosional dengan orang lain. Individu perlu merasakan bahwa orang lain memberikan perhatian kepadanya dan berfikir bahwa dirinya memiliki arti. Jika kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain. Belajar bagaimana bertingkah laku yang bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak untuk mencapai “identitas sukses”.
Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
1.      Tanggungjawab (Responsibility)
Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.
2.      Kenyataan (Reality)
Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
3.      Kebenaran (Right)
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.

2.      Pribadi sehat dan bermasalah
a.      Pribadi sehat
Seseorang dikatakan memiliki pribadi sehat yaitu ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas ini terkait pada konsep 3R, dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya.
b.      Pribadi bermasalah
Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
E.     Hakekat Konseling
Praktek realitas terapi dapat dikonseptualisasikan sebagai siklus konseling , yang terdiri dari dua komponen utama: ( 1 ) membuat lingkungan konseling dan ( 2 ) menerapkan prosedur khusus yang mengakibatkan perubahan lingkungan. Seni konseling  adalah merancang semua komponen bersama-sama dengan cara memimpin konseli untuk mengevaluasi hidup mereka dan memutuskan untuk bergerak ke arah yang lebih  efektif.
Siklus konseling  dimulai dengan menciptakan hubungan kerja dengan klien. Hasil Proses melalui explorasi  dari keinginan ,kebutuhan, dan persepsi. Perilaku total konseli  mengeksplorasi mereka sendiri dan membuat evaluasi mereka sendiri seberapa efektif mereka dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika konseli memutuskan untuk mencoba perilaku baru, mereka membuat rencana yang  akan mengakibatkan perubahan ,dan mereka berkomitmen untuk rencana tersebut. Siklus konseling termasuk menindaklanjuti  seberapa baik yang dilakukan konseli dan menawarkan lebih lanjut konsultasi sesuai kebutuhan.
F.     Kondisi Pengubahan
1.      Tujuan
Tujuan utama dari realitas terapi kontemporer  adalah untuk membantu klien  terhubung atau menghubungkan kembali dengan orang-orang yang telah mereka pilih untuk dimasukkan ke dalam dunia kualitas mereka.Memenuhi  kebutuhan untuk cinta dan rasa memiliki, tujuan dasar dari terapi realitas adalah untuk membantu klien belajar lebih baik cara memenuhi semua kebutuhan mereka, termasuk kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan menyenangkan. Kebutuhan dasar manusia  berfungsi untuk melayani  fokus perencanaan dan menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang . Wubbolding (2007a) menulis: bekerja dalam penerimaan social dan batas etis. Anda akan membantu klien menetapkan tujuan dicapai secara realistis untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan hubungan manusia, mendapatkan rasa control batin atau kekuasaan, menjadi lebih otonom, dan menikmati kehidupan .
2.      Sikap, peran dan tugas konselor
Terapi dapat dianggap sebagai proses mentoring di mana terapis sebagai guru dan konseli sebagai  siswa. Konselor realitas  mengajarkan konseli  bagaimana untuk terlibat dalam evaluasi diri, yang dilakukan dengan meningkatkan pertanyaan, “Apakah perilaku Anda dapat  mendapatkan apa yang Anda inginkan dan butuhkan?peran konselor realitas adalah tidak membuat evaluasi terhadap konseli tetapi untuk tantangan konseli untuk memeriksa dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri, dan kemudian membuat rencana untuk perubahan. Menghasilkan hubungan yang lebih baik, meningkatkan kebahagiaan dan  kontrol dalam kehidupan mereka (Wubbolding, 2007b).
Tugas konselor untuk menyampaikan gagasan bahwa tidak peduli seberapa buruk harapan. Jika konselor mampu menanamkan rasa harapan ini, konseli merasa
bahwa mereka tidak lagi sendirian dan
dimungkinkan adanya perubahan. Fungsi konselor sebagai  advocat, atau seseorang yang di sisi konseli. Bersama-sama mereka bisa kreatif mengatasi berbagai kekhawatiran.
3.      Sikap, peran dan tugas konseli
Konseli bersikap terbuka terhadap konselor dan bersedia menjalani proses konseling, konseli menceritakan masalahnya kepada konselor dan memfokuskan pada apa yang diinginkannya. Konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, membuat dan menyepakati rencana saat konseli memutuskan untuk berubah dari tingkah laku gagal ke tingkah laku yang berhasil
4.      Situasi hubungan 
Realitas terapi menekankan pemahaman dan mendukung hubungan, atau aliansi terapeutik, yang merupakan dasar untuk hasil yang efektif (Wubbolding & amp; Brickell, 2005). Meskipun hubungan terapeutik sangat penting, tidak berakhir dalam dirinya sendiri, dan hal ini tidak secara otomatis kuratif atau penyembuhan (Wubbolding et al., 2004).
Terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara konselor dan konseli. Konselor dengan hangat, pengertian, penerimaan, dan kepercayaanya atas kesanggupan konseli untuk mengembangkan suatu identitas berhasil, harus mengkomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian. Melalui keterlibatan pribadi dengan konselor, konseli belajar bahwa lebih banyak hal dalam hidup ini daripada hanya memusatkan perhatian kepada kegagalan, kesusahan, dan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab. Konselor juga menunjukkan perhatiannya dengan menolak penyalahan atau dalih-dalih dari konseli. Konselor cukup menaruh perhatian untuk memandang konseli dari segi akan menjadi apa konseli  jika ia memutuskan untuk hidup dengan menghadapi kenyataan.
G.    Mekanisme Pengubahan
1.      Tahap-tahap konseling
a.      Konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli (Be friend)
Pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan sikap hangat, dan menaruh perhatian pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri kepada konseli dengan mempertlihatkan sikap hangat dan ramah. Hubungan yang terbangun antara konselor dan konseli sangat penting, sebab konseli akan terbuka dan bersedia menjalani proses konseling jika dia merasa bahwa konselor terlibat, bersahabat, dan dapat dipercaya. 
Seorang konselor perlu menunjukkan sikap bersahabat. Pada tahap awal, umumnya konseli menunjukkan tidak membutuhkan bantuan konselor, terlebih bila konseli tidak datang dengan sukarela. Meskipun konseli menunjukkan ketidaksenangan, marah, atau bersikap yang tidak berkenan, dan sebagainya, konselor harus tetap menunjukkan sikap ramah dan sopan, tetap tenang, dan tidak mengintimidasi konseli.
 Selain itu, keterlibatan konselor juga dapat ditunjukkan dengan sikap antusias. Konseli akan merasa bahwa ia benar-benar akan dibantu oleh konselor apabila konselor selalu menunjukkan sikap antusias.

b.      Want
Terapi realitas membantu konseli dalam menemukan keinginan dan harapan mereka. Konselor bertanya, "Apa yang kau inginkan?", konseli dibantu dalam menemukan apa yang mereka inginkan dari proses konseling dan dari dunia di sekitar mereka. Hal ini berguna bagi konseli untuk menemukan apa yang mereka harapkan dan inginkan dari konselor dan dari diri mereka sendiri. Bagian dari konseling terdiri dari menjelajahi atau eksplorasi "picture album" (keinginan), kebutuhan, dan persepsi atau kualitas dunia konseli. Konseli diberi kesempatan untuk mengeksplorasi setiap aspek kehidupan mereka, apa yang mereka inginkan dari keluarga, teman, dan pekerjaan.
c.        Doing
Di awal konseling penting untuk mendiskusikan dengan konseli secara keseluruhan arah dari kehidupan mereka. Eksplorasi ini adalah awal untuk evaluasi berikutnya apakah itu adalah arah yang diinginkan. Menanyakan apa yang dilakukan konseli (doing), yaitu:konselor menanyakan secara spesifik apa saja yang dilakukan konseli, cara pandang dalam konseling realita, akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya (doing), bukan pada perasaannya. Misal, konseli mengungkapkan setiap kali menghadapi ujian ia mengalami kecemasan yang luar biasa. Dalam pandangan konseling realita, yang harus diatasi bukan kecemasan konseli, tetapi hal-hal apa saja yang telah dilakukannya untuk menghadapi ujian.
d.      Evaluation
Respon-respon konselor diantaranya menanyakan apakah yang dilakukan konseli dapat membantunya keluar dari permasalahan atau sebaliknya. Konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan perilakukanya itu didasari oleh keyakinan bahwa hal tersebut baik baginya. Fungsi konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli untuk menilai perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada konseli untuk mngevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihanya tersebut. Kemudian bertanya kepada konseli apakah pilihan perilakunya dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan konseli saat ini, menanyakan apakah konseli akan tetap pada pilihannya, apakah hal tersebut merupakan perilaku yang dapat diterima, apakah realistis, apakah benar-benar dapat mengatasi masalahnya, apakah keinginan konseli realistis atau dapat terjadi atau dicapai, bagaimana konseli memandang pilihan perilakunya, sehingga konseli dapat menilai apakah hal tersebut cukup membantunya, dan menanyakan komitmen konseli untuk mengikuti proses konseling.  
e.       Plans
Konseli berkonsentrasi membuat rencana untuk mengubah tingkah laku. Rencana menekankan tindakan yang akan diambil, bukan tingkah laku yang akan dihapuskan. Wubbolding berpendapat bahwa rencana terbaik adalah yang sederhana, dapat dicapai, dapat diukur, langsung, dan konsisten. Rencana juga dikendalikan oleh konseli dan terkadang dituangkan dalam bentuk kontrak tertulis yang menyebutkan alternatif-alternatif yang dapat dipertanggung jawabkan. Konseli kemudian diminta untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan tersebut.
f.       Membuat komitmen
Konselor mendorong konseli untuk merealisasikan rencana yang telah disusunnya bersama konselor sesui dengan jangka waktu yang ditetapkan.
g.      Tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli
Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada batas waktu yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan perubahan perilaku konseli. Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan apa yang telah direncanakannya, permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak untuk dipenuhi konselor. Sebaliknya, konselor mengajak konseli untuk melihat kembali rencana tersebut dan mengevaluasinya mengapa konseli tidak berhasil. Konselor selanjutnya membantu konseli merencanakan kembali hal-hal yang belum berhasil ia lakukan.
Pada tahap ini, konselor tidak memberikan hukuman, mengkritik, dan berdebat, tetapi hadapkan konseli pada konsekuensi. Menurut Glasser,  memberikan hukuman akan mengurangi keterlibatan konseli dan meyebabkan ia merasa lebih gagal. Saat konseli belum berhasil melakukan perubahan, hal itu merupakan pilihannya dan ia akan merasakan konsekuensi dari tindakannya. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli, bahwa kondisinya akan membaik jika ia bersedia melakukan perbaikan itu. Selain itu, konselor jangan mudah menyerah. Proses konseling yang efektif antara lain ditunjukkan dengan seberapa besar kegigihan konselor untuk membantu konseli. Ada kalanya konseli mengharapkan konselor menyerah dengan bersikap pasif, tidak kooperatif, marah, atau apatis, namun pada tahap inilah konselor dapat menunjukkan bahwa ia benar-benar terlibat dan ingin membantu konseli mengatasi permasalahannya. Kegigihan konselor dapat memotivasi konseli untuk bersama-sama memecahkan masalah.  
h.      Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan tahap terakhir dalam proses konseling. Konselor dan konseli mengevaluasi perkembangan yang telah dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai. 
2.      Teknik-teknik konseling
Dalam membantu konseli untuk menciptakan identitas keberhasilan, konselor bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
a.       Terlibat dalam permainan peran dengan konseli
b.      Menggunakan humor
c.       Mengkonfrontasikan konseli dan menolak dalih apapun
d.      Menawarkan umpan balik
e.       Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
f.       Membuat kontrak

H.    Hasil-hasil Penelitian
1.      William Glasser
Prinsip-prinsip dan prosedur terapi realitas berhasil diterapkan pada sekolah, lembaga-lembaga pemelihara pemuda kecanduan obat, dan pusat rehabilitasi.
2.      Wubbolding & Brickell
Terapi Realitas telah berhasil digunakan dalam pengobatan kecanduan dan program pemulihan selama lebih dari 30 tahun.
1.       Kelebihan dan Kelemahan
1.      Kelebihan
a.       Terapi realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling individu dan kelompok.
b.      Terapi realitas tepat diterapkan dalam perawatan penyimpangan perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian.
c.       Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam diri individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik seluruh kepribadiannya.
2.      Kelemahan
a.       Terapi realitas terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini sehingga terkadang mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah sadar dan riwayat pribadi.
b.      Terapi realitas bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang baik antara konselor dan konseli.
c.       Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi dua arah. Pendekatan ini mempunyai keterbatasan dalam membantu konseli yang dengan alasan apapun, tidak dapat mgekspresikan kebutuhan, pilihan, dan rencana mereka dengan cukup baik.





DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.Belmont, CA:Brooks/Cole
Corey, G. 2012. Theory and Practice of  Group Counseling. Belmont, CA:Brooks/Cole
Gladding, Samuel. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta:PT. Indeks
Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta:PT. Indek
Nelson, R.J. 2011. Teori Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Teori Psikoanalisis


PENDEKATAN PSIKOANALISA DALAM KONSELING

A.           Sejarah Perkembangan
Sigmund Freud (1856-1939) adalah pencetus pendekatan psikoanalisa. Ia adalah anak tertua dari delapan bersaudara yang hidup dalam keluarga otoriter. Pada mulanya ia belajar kedokteran, dan pada tahun 1880 menjadi salah seorang peneliti medis pertama yang meneliti unsur yang terdapat dalam tanaman coca. Selanjutnya Freud menghabiskan beberapa tahun di Paris dalam rangka belajar pada Charcot salah seorang psikoterapis paling populer di zamannya, yang kemudian mengajarkan teknik hipnosis. Dari sinilah kemudian ia mengembangkan metodenya sendiri yang disebut asosiasi bebas karena merasa bahwa hipnosis tidak begitu efektif. Dalam asosiasi bebas terdapat tindakan meminta pasien untuk berbaring dalam posisi rileks dan mengatakan apapun dalam pikirannya. Materi bawah sadar yang tercurahkan antara lain emosi yang kuat, ingatan terpendam, dan pengalaman seksual di masa kanak-kanak. Teori Freud sangat dipengaruhi oleh pengalaman emosional pribadinya dan pengalaman selama menangani pasiennya.
Metode pengobatan Freud disebut psikoanalisis. Sejak teori dan terapinya menjadi dikenal dan digunakan oleh orang lain (mulai sekitar 1990), idenya terus dikembangkan dan dimodifikasi oleh para penulis dan praktisi psikoanalisa lainnya.
Sumbangan utama dari ide Freud yang bersejarah:
1.         Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami.
2.         Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
3.         Perkembangan pada masa dini kanak-kanak berpengaruh pada masa dewasa.
4.         Psikoanalisa menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk mengatasi kecemasan.
5.         Psikoanalisa memberikan cara-cara mencari keterangan melalui analisis mimpi.

B.            Hakikat Manusia
Sigmund Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima-enam tahun pertama dalam kehidupan. Menurutnya, tingkah laku dideterminasi oleh energi psikis yaitu id, ego, dan superego. Ia juga melihat tingkah laku sebagai sesuatu yang dinamis dengan transformasi dan pertukaran energi di dalam kepribadiannya.

C.           Perkembangan Perilaku
1.      Struktur Kepribadian
a)      Id merupakan
Id dalah sistem kepribadian yang orisinil. Kepribadian setiap orang hanya terdiri dari Id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri, kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan.
b)      Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari Id. Ego bekerja menggunakan prinsip kenyataan.
c)      Superego
Super ego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Super ego bekerja menggunakan prinsip conscience dan ego ideal.

2.      Perkembangan Kepribadian
Menurut Sigmund Freud perkembangan psikoseksual ditandai dengan beberapa tahapan dengan zona kesenangan yang dominan pada waktu tertentu:
a)      Tahun Pertama Kehidupan: Fase Oral
Pada fase ini mulut merupakan zona utama kesenangan dan kepuasan dasar didapat saat menggigit dan menyedot.
b)      Usia Satu Sampai Tiga Tahun: Fase Anal
Pada fase ini kepuasan dirasakan saat menahan maupun buang air besar.
c)      Usia Tiga Sampai Lima Tahun: Fase Falik
Pada fase ini zona kesenangan terletak di organ seks, baik pria maupun wanita harus berupaya melalui hasrat seksual.
d)     Usia Lima Tahun Sampai Masa Puber: Fase Laten
Pada fase ini energi difokuskan pada aktivitas berpasangan dan penguasaan pembelajaran kognitif, serta keahlian fisik secara pribadi.
e)      Masa Puber: Fase Genital
Pada fase ini jikalau telah berjalan dengan baik, maka masing-masing gender merasa lebih tertarik satu sama lain dan muncul pola interaksi heteroseksual yang normal.

3.      Pribadi Sehat dan Bermasalah
a)      Pribadi Sehat
Memiliki mekanisme pertahanan yang baik. Maksudnya pribadi yang bisa mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan bisa menyelaraskan antara id, ego, dan superegonya. Dalam hal ini individu tidak mengalami pengalaman frustasi yang berlebihan dan Ego bertindak secara rasional dalam mengambil tindakan-tindakan untuk mengatasi kecemasan yang muncul

b)      Pribadi Bermasalah
Memiliki mekanisme pertahanan yang buruk. Maksudnya pribadi yang tidak bisa mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan tidak bisa menyelaraskan antara id, ego, dan superegonya. Ego bisa saja membiarkan dorongan-dorongan atau menekan perasaan-perasaan seksual dengan melakukan tindakan yang irasional dalam menghadapi kecemasan.

D.           Hakikat Konseling
Konseling merupakan suatu proses kegiatan mengamati dan memahami kehidupan konseli yang menurut Freud sangat dideterminasi oleh pengalaman psikoseksual pada lima-enam fase pertama kehidupan atau masa kanak-kanak. Konseling psikoanalisa memperhatikan faktor-faktor ketidaksadaran yang terus-menerus mendorong dan mempengaruhi perilaku individu. Berbagai usaha dalam memahami kehidupan dan membantu konseli dalam konseling psikoanalisa adalah dilakukan dengan cara menginterpretasi ungkapan-ungkapan perasaan dan cerita konseli melalui hubungan tranferensi antara konselor adan konseli.  

E.            Kondisi Pengubahan
1.      Tujuan
a)      Pada dasarnya konselor menyadarkan konseli dari ketidaksadaran menuju ke kesadaran atas dorongan-dorongan yang menyebabkan perilaku bermasalah.
b)      Memperkuat agar ego lebih riel dalam bertindak, serta mampu berkembang sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki dan dapat beradaptasi dengan lingkungan dengan lebih baik.

2.      Sikap, peran dan tugas konselor
a)      Sedikit bicara tentang dirinya dan jarang sekali menunjukkan reaksi pribadinya.
b)      Percaya bahwa apapun perasaan konseli terhadap konselor merupakan produk dari perasaannya yang diasosiakan dengan orang yang penting di masa lalunya.
c)      Melakukan analisis  terhadap perasaan-perasaan konseli adalah esensi terapi.
d)     Menciptakan suasana agar konseli merasa bebas megekspresikan pikiran-pikiran yang sulit setelah beberapa kali pertemuan tatap muka. Dengan cara meminta konseli berbaring di sofa dan terapis duduk di arah belakang kepala konseli sehingga tidak terlihat.
e)      Berupaya agar konseli mendapat wawasan terhadap permasalahan dengan mengalami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalunya.
f)       Membantu konseli menemukan kebebasan bercinta, bekerja, dan bermain.
g)      Membantu konseli menemukan kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang efektif, dapat mengatasi kecemasan dengan cara realistis dan dapat mengendalikan tingkah laku impulsif dan irasional.

3.      Sikap, peran dan tugas konseli
a)      Berkomitmen untuk mengikuti proses terapi yang membutuhkan waktu cukup lama.
b)      Menyampaikan seluruh perasaan, pengalaman, ingatan, dan fantasi yang dialami konseli.
c)      Berkomitmen untuk menyelesaikan problem-problem yang dihadapi secara bertahap melalui sesi dan terminasi.

4.      Situasi hubungan
Situasi hubungan antara konselor dan terapis psikoanalisa adalah konselor cenderung untuk bertindak alami terhadap klien mereka. Alasannya adalah para konselor sedang berusaha untuk mempresentasikan diri mereka sebagai ”layar kosong”, tempat klien dapat memproyeksikan fantasinya atau asumsi yang terpendam berkenaan dengan hubungan yang amat dekat dengan dirinya. Dengan menjadi netral dan tidak terikat, maka terapis dapat meyakinkan bahwa perasan klien terhadap dirinya bukan akibat apa yang dilakukannya.

F.            Mekanisme Pengubahan
1.      Tahap-tahap Konseling
Tidak ada seperangkat praktik dalam psikodinamika yang disepakati bersama. Namun sesuai dengan tujuan konseling ini membantu konseli memahamai dorongan-dorongan ketidaksadaran ke kesadaran dan mengembangkan ego agar berkembang lebih baik, dalam hal ini ada beberapa isu penting dalam praktik konseling:
a)      Asesmen dilakukan oleh konselor agar memahami sejauhmana kemampuan konseli dalam merefleksikan diri dan membangun hubungan dengan konselor, sehingga konseling bisa dilakukan.
b)      Menegakkan aturan dan batasan yang jelas pada awal dan akhir sesi, keajekan pertemuan, jeda libur dan absen, memberikan latar belakang, dimana manipulasi atau upaya konseli untuk mengendalikan bisa dilihat dan selanjutnya dieksplorasi bersama konseli.
c)      Pentingnya wawasan konseli terhadap ekspresi emosi yang dirasakan sebagai bentuk katarsis konseli.
d)     Konseli seringkali akan mengulang perilakunya, pikirannya dan perasaannya di depan konselor yang dipandang sebagai bagian dari hubungan masa lalu. Oleh karenanya interpretasi transferensi oleh konselor bisa menyatukan sudut setiga pengalaman (orangtua atau masa lalu yang jauh, orang lain atau masa lalu yang tak terlalu jauh dan konselor atau saat ini atau transferensi), sehingga memberi wawasan pada pola perasaan atau perilakunya.
e)      Pemeranan, dimana konseli tidak mampu mengatakan sesuatu, namun merasakan kebutuhan untuk memerankan perasaan, dapat dilihat sebagai cara agar ia tidak perlu bicara.
f)       Fokus kerja konseling ada yang mengatakan penting dan tidak peting.
g)      Ketika konseli merasakan perasaan negatif yang sangat kuat terhadap konselor, seringkali ada hasrat yang lebih besar di pihak konseli untuk meninggalkan sesi konseling. Dalam hal ini sikap konselor tidak boleh bersikap defensif, namun sebaliknya harus membantu konseli untuk memahami perasaan yang sedang melingkupi.

2.      Teknik-teknik Konseling
a)      Penggunaan hubungan sistematik antara klien dan konselor
Konselor dan terapis psikoanalisa cenderung untuk bertindak alami terhadap klien mereka. Alasannya adalah para konselor sedang berusaha untuk mempresentasikan diri mereka sebagai ”layar kosong”, tempat klien dapat memproyeksikan fantasinya atau asumsi yang terpendam berkenaan dengan hubungan yang amat dekat dengan dirinya. Dengan menjadi netral dan tidak terikat, maka terapis dapat meyakinkan bahwa perasan klien terhadap dirinya bukan akibat apa yang dilakukannya. Proses ini disebut pemindahan (transfered) dan merupakan alat yang sangat berguna dalam terapi psikoanalisa.
b)      Melakukan identifikasi dan analisis terhadap penolakan dan pertahanan
Ketika klien membicarakan permasalahannya terapis mungkin bisa mencatat bahwa si klien mengelak, memotong, atau mempertahankan diri dari perasaan atau fakta tertentu. Freud memandang penting untuk mengetahui sumber penolakan tersebut, dan kondisi tersebut akan menarik perhatian klien apabila terjadi terus menerus.
c)      Asosiasi bebas atau ”katakan apapun yang muncul dalam pikiran”
Tujuannya adalah untuk membantu klien membicarakan dirinya sendiri dengan cara yang cenderung tidak terpengaruhi oleh mekanisme pertahanan diri.
d)     Menganalisis mimpi dan fantasi
Tujuannya adalah untuk menguji materi yang muncul dari level kepribadian seseorang yang lebih dalam dan lepas dari pertahanan dirinya.
e)      Interpretasi
Para konselor psikoanalitik akan menggunakan proses yang digambarkan di atas, yakni transference, mimpi, asosiasi bebas, dan lain-lain untuk mengumpulkan materi guna melakukan interpretasi. Melalui penafsiran mimpi, kenangan, dan transference, seorang konselor berusaha membantu pasiennya utnuk memahami akar permasalahn yang dihadapinya dan kemudian mendapatkan kontrol yang lebih besar terhadap permasalahan tersebut serta lebih banyak kebebasan untuk melakukan tindakan yang berbeda.
f)       Beragam teknik lain
Ketika berhadapan dengan anak-anak bukanlah suatu hal yang realistis untuk mengharapkan mereka mampu menuangkan konflik dalam diri mereka ke dalam kata-kata. Sebagai gantinya para analisis anak menggunakan mainan dan permainan untuk memungkinkan anak mengeksternalisasi ketakutan dan kekhawatirannya. Beberapa orang terapis yang menangani orang dewasa juga menemukan hasil yang menggembirakan dengan menggunakan teknik ekspresif seperti seni, mematung, dan membuat puisi. Teknik proyeksi seperti Thematic Apperception Test (TAT) juga dapat menghasilkan hal yang sama. Dan pada akhirnya, para terapi psikodinamik biasanya mendorong para klien untuk menulis catatan harian atau autobiografi sebagai cara untuk mengeksplorasi kondisi masa lalu dan masa sekarang mereka.

G.           Hasil-hasil Penelitian
Gagasan Sigmund Freud dikembangkan oleh para pengikut Psikoanalisis berikutnya, dalam hal ini akan disebutkan hasil penelitian psikoanalisis kontemporer Erik Erikson yang memiliki perbedaan dengan psikoanalisis klasik Sigmund Freud.
Psikoanalisis Freud menekankan pada pentingknya proses intrapsikis yang didominasi oleh Id sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang yang terjadi pada lima-enam tahun pertama. Berbeda dengan Erikson yang dikenal dengan teori perkembangan psikososial menekankan bahwa perkembangan individu terjadi sepanjang hayat dan menekankan pentingnya peran utama ego dalam mengontrol dorongan-dorongan dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

H.           Kelemahan dan Kelebihan
Beberapa kelemahan konseling psikoanalisis adalah sebagai berikut:
  1. Pendekatan ini menghabiskan waktu dan biaya yang banyak.
  2. Pendekatan ini tidak terlalu berguna bagi konseli lansia atau bahkan sekelompok yang bervariasi. Yang paling banyak mendapatkan keuntungan dengan pendekatan ini adalah pira paru baya dan wanita yang tertekan dalam hidupnya.
  3. Di luar harapan Freud, pndekatan ini telah diklaim secara eksklusif oleh para psikiater.
  4. Pendekatan ini berdasarkan pada banyak konsep yang tidak mudah dipahami atau dikomunikasikan.
  5. Pendekatan ini membutuhkan ketekunan.
  6. Pendekatan ini tidak begitu cocok dengan kebutuhan kebanyakan individu yang mencari konseling profesional.
Beberapa kelebihan konseling psikoanalisis adalah sebagai berikut:
  1. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya seksualitas dan alam tidak sadar dalam tingkah laku manusia.
  2. Pendekatan ini memberikan sumbangan pada penelitian-penelitian empiris; bersifat heuristik.
  3. Pendekatan ini menyediakan dasar teoritis yang mendukung sejumlah instrumen diagnostik.
  4. Pendekatan ini tampaknya efektif bagi mereka yang menderita berbagai macam gangguan, termasuk histeria.
  5. Pendekatan ini menekankan pentingnya tahap perkembangan pertumbuhan.

I.              Sumber Rujukan

Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole.
Gladding, S.T. 2012. Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks
Palmer, S. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Komalasari, dkk., 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks